M |
araknya acara televisi Indonesia yang bertuliskan “Courtesy Youtube” menggelitik saya untuk menulis artikel ini. Bukan dari aspek legalitas yang masih diperdebatkan hingga kini, karena itu sudah banyak dibahas kawan-kawan blogger lain. Penulis justru hendak memberikan gambaran bagaimana acara dengan konten yang diambil dari YouTube sebagai sumber utama untuk dijadikan program acara televisi.
Mudah dan murah, begitulah program acara ini dibuat. Bahkan di beberapa acara tanpa melakukan shooting sama sekali. Jadi, kalau acara televisi pada umumnya mesti melewati paling tidak tiga tahapan penting yakni pra produksi, produksi dan paska produksi, acara “Courtesy Youtube” ini hanya melewati dua tahap saja, pra dan paska produksi. Kenapa murah? Ya karena tahap produksi yang biasanya merupakan tahap yang menghabiskan biaya besar terpangkas di acara seperti ini. Pada umumnya format acara “Courtesy Youtube” itu bentuknya magazine atau majalah udara. Kumpulan video yang diunduh sedemikian rupa diberi narasi serta grafis. Namun ada juga yang menggunakan presenter.
Di beberapa televisi, PA atau Program Assistant-lah yang ditugasi untuk mengunduh video dari YouTube. Daftar video yang mesti diunduh sudah dibuat oleh tim kreatif. Para PA itu biasanya sampai bergadang ditemani oleh orang-orang yang magang di stasiun televisi tersebut. Produser cukup bertanya:“Ada video yang gak ada di YouTube gak? Kalau gak ada coba di Vuclip!”
Buka website YouTube, tuliskan kata kunci untuk mencari video yang diinginkan misalnya: “baby funny” untuk mendapat video rekaman bayi lucu. Dan anda akan mendapat banyak video yang dimaksud. Misalnya ketika penulis melakukan eksperimen pencarian video tersebut dapatlah sebuah video dengan judul: very,very funny babies. Video diunggah oleh seorang yang berakun YouTube JAKX22 pada tanggal 25 Juni 2008. Pada situs tersebut video telah dilihat oleh 2,849,637 visitor.
Lalu bagaimana video tersebut bisa ditayangkan di televisi? Setelah diunduh, video tersebut mesti dikonversi menjadi file video yang nantinya bisa diedit. Video yang diunduh sebelumnya akan berupa file FLV. File-file video itu mesti dijadikan file berektensi .AVI atau .MOV, yakni file yang nantinya bisa diimport atau dibuka oleh software editing.
Software editing memungkinkan untuk memanipulasi gambar
Cropping
Membuang bagian atas dan bawah gambar, sehinnga teks atau imaj yang tidak dihendaki bisa dihilangkan. Lihatlah pada Shot 1 di atas, gambar masih utuh dengan tulisan www.ingyenfilmek.hu di bagian kiri atas, serta logo televisi “abc” di bagian kanan bawah. Dengan mengcropping bagian atas dan bawah maka teks dan imaj “yang tak diinginkan” menjadi hilang, seperti pada Shot 2 di bawah ini.
Pada Shot 2 hasil cropping dari Shot 1, seolah ini merupakan shot yang dibuat dengan tehnik sinemascoping saat pengambilan gambar atau saat editing. Pada Shot 2 ini juga gambar menjadi terlihat lebih lebar/wide screen. Di software editing tertentu semisal Avid Media Composer, bahkan sudah ada digital effect yang bisa melakukan rekayasa gambar dengan sangat mudah, tinggal memasukan efek “Sinemascope 16:9” pada Shot 1, maka akan sudah mendapatkan gambar seperti pada Shot 2.
Resizing
Resolusi gambar televisi di Indonesia sampai saat ini adalah PAL 720 X 576. PAL itu singkatan dari Phase Alternating Lines, 720 X 576 adalah jumlah pixel vertikal dan horizontal. Resizing merupakan pembesaran gambar dari ukuran normal. Jadi kalau Shot 1 diresize dengan skala 130 persen akan menghasilkan gambar seperti pada Shot 3. Teks di sudut kiri atas serta logo di sudut kanan bawah dengan sendirinya akan hilang setelah diresizing/rescaling karena teks dan logo tersebut sudah melewati batas 720 X 576 tadi.
Beginilah hasilnya shot setelah melewati tahap resizing. Hampir semua software editing ada fasilitas efek untuk rescaling. Jika dalam keadaan normal, gambar itu berskala 100 persen, makan editor tinggal merubah angka 100 tersebut, misal menjadi 130 yang artinya diperbesar 30 persen maka teks dan logo akan lenyap. Yang lebih praktis, editor bisa menggunakan efek zoom.
Bluring
Bluring atau membuat gambar menjadi kabur atau samar, biasanya efek ini digunakan untuk menyamarkan narasumber pelaku kehajatan. Identitas pelaku kejahatan disamarkan agar penonton tak mengenali dengan jelas muka pelaku. Nah, efek inilah yang digunakan pula untuk menyamarkan bagian tertentu dari shot agar tak terlihat jelas penonton.
Pada Shot 4, dengan efek bluring yang sudah dilakukan oleh editor maka tulisan alamat web site pada Shot 1 akan menjadi samar, demikian juga dengan logo tv ‘abc’ di pojok kanan bawah.
Reframing/Template
Reframing atau penambahan template meruapakan cara yang paling menyamarkan dari video yang kita unduh. Paling tidak ini akan terlihat lebih “kreatif”. Bagian grafis tv ia akan membuat frame atau template sesuai pesanan produser. Template dibuat sedemikian rupa, baik itu template tak bergerak/still image maupun dalam bentuk image bergerak/animasi. Tapi intinya, frame/template tersebut harus bisa menutupi logo/teks yang sudah terlanjur menempel di video sebagai sumber hasil unduhan tadi.
Pada Shot 5, video dari YouTube sudah ditempeli template, sehingga logo tv “abc” serta tulisan alamat web di pojok kanan atas tertutpi oleh template ini.
Setelah dibingkai dengan template yang sudah dibuat bagian grafik/animasi maka editor tinggal menambahkan tulisan yang “Courtesy of Youtube” seperti pada Shot 6 ini. Ketika tayang, bagian CG akan menambahkan logo stasiun. Biasanya ada di pojok kanan atau kiri atas frame.
Narasi
Musik Latar
Ilustrasi musik menjadi bagian penting agar misalnya narasi menjadi terdengar dramatis. Seperti halnya video, audio (musik & sound effect) bisa diunduh dari internet. Gampang, masuk saja ke mesin pencari di website lalu ketikkan kata kunci judul lagu atau instrumen yang diinginkan. Biasanya file akan berbentuk mp3 atau wav jika beruntung. Kelebihan dari format file wav ialah ia tak mesti dikonversi lagi, jadi tidak akan ada penurunan kualitas suara.
Apakah semua televisi di Indonesia melakukan hal ini? Tidak semua. Ada juga yang menggunakan cara lain. Misalnya mereka membuat sendiri/compos musik atau pesan ke pembuat musik profesional. Bahkan ada televisi yang mesti beli musik ilustrasi dari luar negeri.
Tak Semua dari YouTube
Jadi Floor Director itu, Keren!
Tiga puluh menit lagi on air! Begitu ”perintah” produser setengah jam sebelum siaran langsung sebuah acara televisi. Waktu terus berjalan, beberapa crew masih kelihatan santai. Dua orang cameraman berbincang, entah topik apa yang mereka bicarakan. Make up anchor alias pembawa acara baru saja selesai, si anchor yang kebetulan keturunan Arab cantik itu bergegas menuju studio dengan latar green screen yang memang hanya berjarak beberapa meter saja dari ruang make up.
Lima menit lagi on air! Kali ini giliran program director berteriak. Semua crew sudah standby. Suasana studio masih terasa santai, hingga PD mengucapkan count down : 10.., 9…., 8…, Dan…..salah seorang cameraman teriak ”Heiii….(sensor) baju lu blum dikancingin satu tuh”
Rutinitas terkadang menjemukan, karena rutinitas pula kegiatan yang penting itu bisa menjadi keteledoran. Saat itu paling tidak, ada empat orang crew di studio dan empat orang di sub control, andaikan saja salah satu cameraman gak ngeh dengan kancing baju mbak news caster tadi tentu saja hal fatal akan terjadi. Acara televisi adalah kerja tim, kesalahan satu orang berarti kesalahan tim. Yang paling bertanggung jawab atas kejadian di atas adalah Floor Director.
Siapakah Floor Director ?
Floor Director merupakan pimpinan alias bos di studio, di beberapa stasiun televisi dan production house, Floor Director biasa juga disebut sebagai Floor Manager. Floor Director adalah kepanjangan tangan dari Program Director/PD (tentang Program Director nanti akan kita bahas tersendiri). Floor Director mendengarkan perintah PD melalui sistem komunikasi intercom dari control room. Ibarat anggota tubuh, seorang FD menjadi telinga, mata, dan mulut seorang PD. Tugas utama seorang Floor Director adalah berkomunikasi dengan talent/pengisi acara. Dalam acara siaran langsung di studio, FD memiliki otoritas terakhir.
Sebelum produksi dimulai alias di pra produksi, seorang Floor Director harus memahami rundown terlebih dahulu. Jika ada perubahan dalam rundown, maka sebagai pemimpin di studio, FD harus segera mengkomunikasikannya dengan seluruh kru yang ada di studio. Juga jika ada perubahan yang melibatkan anchor misalnya, maka FD secepat mungkin memberitahukan pada anchor tersebut. Andrew Utterbackdalam bukunya Studio-Based Television Production and Directing, menyarankan agar seorang FD memiliki semua pengetahuan hal teknis yang ada di studio, karena jika diperlukan FD bisa ”menggantikan” posisi tersebut.
FD dengan Crew di Studio
Komunikasi
Sekali lagi tentang masalah komunikasi. Komunikasi antar FD dan talent harus terjalin sejak sebelum produksi dan ketika produksi itu berlangsung. Misalnya ketika talent sudah berada di posisi yang baik, FD harus meyakinkan bahwa posisi clip on yang dikenakan talent sudah terpasang dengan baik. Atau ketika pengisi acara ”salah melihat kamera” maka FD harus segera memberitahukan talent tersebut untuk melihat ke arah kamera yang diinginkan. FD harus berperan aktif agar pengisi acara merasa nyaman dan akhirnya terlihat baik ketika berinteraksi dengan kamera. Ketika talent sudah berada pada blocking set, FD selalu berkomunikasi dengan crew yang ada di studio jika misalnya ada perubahan blocking pada talent.
Cuing Talent, Cuing Studio Crew
Jika pada saat produksi belum berlangsung, FD bisa memberikan arahan dengan bahasa verbal, maka tidak halnya ketika produksi berlangsung. FD memberitahukan semua perintahnya dengan cue alias tanda. Memberita tanda atau isyarat pada para pemain dan kru di studio harus dilakukan seefisien mungkin, sehingga talent dan juga crew faham betul dengan isyarat yang diberikan FD.
Command Hand :
Bahasa non verbal, seperti isyarat tangan, banyak dilakukan oleh Floor Director untuk memberi isyarat, baik pada crew yang ada di studio maupun pada para pengisi acara atau talent. Command hand sudah sangat lazim dipergunakan dalam produksi acara televisi di studio, bahkan command hand sudah menjadi kesepakatan umum di stasiun televisi mana saja.
Artikel ini saya tulis menjelang satu jam sebelum shooting, nanti saya lanjutkan lagi ya….
Referensi :
Studio-Based Television Production and Directing, Andrew Utterback
Television Production, Gerald Millerson
DISTRIBUTOR LENSA CANON Bergaransi
BalasHapusDaftar harga Promo online Lensa Canon datascrip
CANON EF 100-400mm f/4.5-5.6L IS USM Rp.7.150.000,-
CANON EF 100mm f/2 USM Rp.1.900.000,-
CANON EF 100mm f/2.8 Macro USM Rp.2.350.000,-
CANON EF 100mm f/2.8L Macro IS USM Rp.3.700.000,-
CANON EF 135mm f/2.8 SoftFocus Rp.1.900.000,-
CANON EF 135mm f/2L USM Rp.3.750.000,-
CANON EF 14mm f/2.8L II USM Rp.9.500.000,-
CANON EF 15mm f/2.8 Fisheye Rp.4.100.000,-
CANON EF 16-35mm f/2.8L II USM Rp.6.800.000,-
CANON EF 17-40mm f/4L USM Rp.3.300.000,-
CANON EF 180mm f/3.5L Macro USM Rp.6.200.000,-
CANON EF 200mm f/2.8L II USM Rp.3.300.000,-
CANON EF 20mm f/2.8 USM Rp.2.050.000,-
CANON EF 24-105mm f/4L IS USM Rp.4.900.000,-
CANON EF 24-70mm f/2.8L USM Rp.6.100.000,-
CANON EF 24mm f/1.4L II USM Rp.7.400.000,-
CANON EF 24mm f/2.8 Rp.1.550.000,-
CANON EF 28-135mm f/3.5-5.6 IS USM Rp.2.050.000,-
CANON EF 28-300mm f/3.5-5.6L IS USM Rp.11.200.000,-
CANON EF 28mm f/1.8 USM Rp.2.050.000,-
CANON EF 35mm f/2 Rp.1.250.000,-
CANON EF 400mm f/5.6L USM Rp.5.150.000,-
CANON EF 50mm f/1.2L USM Rp.6.800.000,-
CANON EF 50mm f/1.4 USM Rp.1.600.000,-
CANON EF 50mm f/2.5 Compact Macro RP.1.400.000,-
CANON EF 70-200mm f/2.8L IS II USM Rp.9.700.000,-
CANON EF 70-200mm f/2.8L USM Rp.5.550.000,-
CANON EF 70-200mm f/4L IS USM Rp.5.300.000,-
CANON EF 70-200mm f/4L USM Rp.3.250.000,-
Bagi yang serius order sebelum kehabisan,untuk harga promo terbatas
TOKO PLANET DIGITALCANON melayani pengiriman seluruh Indonesia.
Melalui kantor TIKI/JNE.CARA Pesan online
TLP.021-4067-5777
HP.085-228-567-888
PIN BB:2A90DC9D Belanja di toko kami transaksi aman no tipu tipu.
Alamat TOKO ITC CEMPAKA MAS JLN LETJEN SOEPRAPTO NO 28 JAKARTA PUSAT
Promo discond terbatas
DISTRIBUTOR TERPERCAYA.
http://canon-indonesia.jimdo.com/